Label

Senin, 07 Mei 2012

SUAMI DAPAT PROYEK DARI SEDEKAH ISTRI


Tiba-tiba suaminya ditelpon sahabat dan dikasih proyek, setelah siang harinya sang istri bersedekah. Mungkinkah seorang istri yang bersedekah, tapi suami yang mendapatkannya? Atas izin Allah, segalanya menjadi mungkin dan kisah ini menjadi salah satu buktinya.

By Mantra

Sebut saja namanya Wati. Usianya sekitar 25 tahun. Wajahnya cantik, kulit kuning langsat dan bertubuh tinggi. Perempuan yang sehari-hari menjadi guru ngaji anak-anak di lingkungan perumahan ini, memiliki kisah unik seputar keajaiban sedekah.
Kejadian ini berlangsung tahun 2011 saat merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw. Sebagai pemimpin pengajian ibu-ibu di lingkungannya, Wati hendak menyelenggarakan tradisi Maulid Nabi dengan mengundang penceramah dari luar. Acara yang sempat mendapatkan kontra dari pihak yang kurang setuju dengan tradisi yang telah mengakar di kalangan Muslim Indonesia dan dunia ini akhirnya berhasil mendatangkan seorang penceramah muda dari daerah Bogor.
Dia adalah Ustadz Sa’i. Penceramah muda berusia 30-an tahun ini dinilai cukup berhasil menghipnotis para penonton atau pendengar. Sebab, gaya ceramah sang ustadz menggabungkan tiga skill (kelebihan) sekaligus: entertaint, orator, dan qiraah.
Dari sisi entertaint, pak ustadz mampu membuat pendengar selalu tertawa sepanjang ceramah, sehingga keadaan tidak lekas boring (membosankan). Bahkan, ceramah satu jam lebih terasa kurang bagi pendengar dan memintanya untuk memperpanjang ceramahnya.
Dari sisi orator, gaya ceramahnya terasa sangat luwes, tidak kaku dan mengalir begitu saja. Suara rendah dan tinggi saling bergantian ia keluarkan. Dalil dari al-Qur’an dan hadits pun tak pernah luput ia kutip. Bahkan, pendapat para ulama turut disertakan. Namun, tema ceramah tetap disampaikan dengan gaya yang sederhana dan mudah dicerna.
Sedang dari sisi qiraah, kebetulan pak ustadz adalah seorang qari, sehingga saat ia mengutip ayat al-Qur’an tak segan-segan ia lantunkan dengan suara yang sangat indah (qira’ah). Hal ini membuat para pendengar pun dibuat terpana dengan segala kelebihan pak ustadz.
Namun, tulisan ini tentu saja tidak sedang membicarakan pak ustadz. Tulisan ini tetap membicarakan sosok wanita cantik di balik kedatangan Ustadz Sa’i di acara Maulid Nabi tersebut, yaitu Wati. Ya, acara yang diselenggarakan pada pagi hari ini akhirnya berakhir menjelang Dzuhur. Di sinilah Wati justru dibuat bingung. Sebab, dana untuk acara tersebut membengkak sehingga menguras habis kas pengajiannya dan tidak ada uang lagi untuk membayar penceramah.
Di tengah rasa galau yang menghantui dirinya sementara Pak Ustadz harus pulang dan uang itu tetap harus dibayarkan, akhirnya tanpa bilang kepada siapa-siapa ia pun merogoh kantongnya sendiri. Sisa uang tabungan yang hanya Rp. 500 ribu di laci lemarinya pun diambilnya dan diberikannya kepada pak ustadz. Wati ikhlas menyedekahkan uang itu, tanpa harus memungut bayaran dari ibu-ibu pengajian yang lain.
Acara pun usai dan jamaah meninggalkan acara. Dengan mobilnya, ustadz muda itu pun perlahan-lahan hilang dari pandangan. Dia kembali ke rumahnya bersama sahabat yang menemaninya.

Langsung Dibalas
          Sore harinya, suami Wati tiba-tiba mendapatkan telpon dari sahabatnya. Laki-laki itu menawarkan proyek kepadanya senilai 12.500.000,-. Sebagai tanda jadi, besok harinya dia akan mentransfer setengahnya. Suami Wati terkejut mendengar berita ini. Kok tiba-tiba dia ditelpon sahabat dan dikasih proyek lagi. Nilainya tidak besar, tapi lumayan bagi dia yang sedang membutuhkan uang saat itu. Saat itu dia belum sadar, sesungguhnya apa yang dialaminya itu sangat terkait dengan sedekah yang dilakukan oleh sang istri pada siang harinya.
          Apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu akhirnya benar-benar terwujud. Besok harinya, rekening suami Wati ada tambahan uang sebesar Rp. 5.000.000,. Hal itu diketahuinya dari bunyi sms yang diterimanya dari sang sahabat. “Sobat, maaf saya baru bisa transfer 5 juta dulu! Sisanya nanti kalau kerjaan selesai,” tulis sahabat lewat sms.
          Betapa girangnya suami Wati saat itu. Tuhan kok begitu sayangnya kepada dia. Kemarin dia tak memiliki uang, lalu sahabatnya tiba-tiba menelpon dan menawarkan proyek. Besok harinya langsung dapat uang. Begitu cepat sekali waktu itu berputar. Dari rasa sedih ke bahagia. Perbedaannya sangat tipis sekali.
          Setelah mendengar dari pengakuan sang suami bahwa ia mendapatkan uang dari sahabatnya, pada malam harinya Wati pun tiba-tiba berani berterus terang perihal uang 500 ribu yang disedekahkannya. “Yah, saya mau cerita, tapi mohon jangan marah ya?” pinta Wati pada suaminya yang duduk di sebelah.
          “Emangnya ada apa?” jawab sang suami.
          Wati pun berkisah pada suaminya bahwa kemarin ia telah menyedekahkan uang 500 ribu kepada penceramah tanpa seizin dulu darinya. Ia harus melakukannya karena hanya jalan itu yang bisa diambil. Dugaan Wati kalau suaminya akan marah ternyata meleset. Laki-laki itu malah senang karena Wati memiliki jiwa sedekah yang luar biasa. Ia mau mengorbankan tabungannya untuk orang lain. Padahal, saat itu juga Wati sedang tidak memiliki uang. Uang yang disedekahkan itu, itulah yang tersisa dari tabungannya.
          Namun, berbekal keikhlasan Wati dalam bersedekah itulah akhirnya Allah dengan cepat menggantinya lewat tangan suaminya. Sebab, sedekah juga harus pakai logika. Dalam kasus Wati dan suaminya logikanya adalah bahwa Wati tidak mungkin mendapatkan rejeki besar dari tangannya karena dia hanyalah seorang pemimpin pengajian biasa. Karena itu, jalan yang paling masuk akal (logis) adalah lewat jalur suaminya. Wati yang bersedekah dan suami yang mendapatkannya. Hubungan yang saling menguntungkan ini (simbiosis mutualisme) bisa saja terjadi atas izin Allah.
          Yang lebih logis lagi adalah bahwa sang suami mendapatkan transfer uang sebesar 5 juta, jumlah yang berlipat-lipat dari 5 ratus ribu yang disedekahkan Wati. Kelihatannya dua nilai itu memiliki angka yang sama, yaitu 5. Bedanya, yang satu lima juta dan satunya lagi 5 ratus.
          Dari kisah Wati di atas nampak bahwa Allah akan membalas segala kebaikan hamba-Nya berlipat-lipat hingga ratusan kali. Apakah Anda masih tidak percaya dengan hal ini? Lalu, kenapa Anda masih diam dan ragu untuk tidak berbuat. Ya, segeralah bertindak dan lakukan kebaikan, insya Allah Dia akan membalasnya dalam tempo cepat atau lambat. “Saya sendiri saat itu tidak memikirkan apa-apa. Hanya sedekah saja. Persoalan kemudian suami saya dapat rejeki yang besar karena kebaikan saya, wallahu a’lam bil shawab,” ujar Wati.
          Ya, Wati yang memang senang bersedekah ini kerapkali menemukan banyak keajaiban karena kebaikannya itu. Menurut perempuan yang pernah ngasih beberapa pakaian kepada pemulung ini, bahwa keajaiban sedekah itu sungguh tak terbatas. Ibarat sebuah pepatah, ia seperti kasih sayang seorang ibu yang tak pernah putus, tapi sangat logis. Artinya, hitung-hitungan sedekah itu sangat jelas. Allah pasti akan menggantinya dalam waktu lambat atau cepat. Dalam kasus yang dialami suaminya, balasan Allah itu termasuk sangat cepat.
          Satu hal yang disarankan oleh Wati adalah bahwa sedekah itu boleh yakin, tapi jangan memikirkan hasilnya. Artinya, kita boleh yakin bahwa Allah akan membalas sedekah kita, tapi kita tidak boleh memikirkannya terus-menerus kapan Allah akan membalasnya karena jatuhnya akan kurang baik. Nilai ibadah kita bisa menjadi kurang. Karena itu, usai sedekah ya kita melupakannya. “Anggap saja kita sedang menabung di bank Allah,” ujarnya. Dan bank Allah, labanya pasti akan jauh lebih besar dibandingkan bank-bank lain di dunia ini.
          Semoga kita banyak belajar dari kisah ini! Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar