Tiba-tiba suaminya ditelpon sahabat dan dikasih proyek, setelah
siang harinya sang istri bersedekah. Mungkinkah seorang istri yang bersedekah,
tapi suami yang mendapatkannya? Atas izin Allah, segalanya menjadi mungkin dan
kisah ini menjadi salah satu buktinya.
By Mantra
Sebut saja namanya Wati. Usianya sekitar
25 tahun. Wajahnya cantik, kulit kuning langsat dan bertubuh tinggi. Perempuan
yang sehari-hari menjadi guru ngaji anak-anak di lingkungan perumahan ini,
memiliki kisah unik seputar keajaiban sedekah.
Kejadian ini berlangsung tahun 2011 saat
merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw. Sebagai pemimpin pengajian ibu-ibu di
lingkungannya, Wati hendak menyelenggarakan tradisi Maulid Nabi dengan
mengundang penceramah dari luar. Acara yang sempat mendapatkan kontra dari
pihak yang kurang setuju dengan tradisi yang telah mengakar di kalangan Muslim
Indonesia dan dunia ini akhirnya berhasil mendatangkan seorang penceramah muda
dari daerah Bogor.
Dia adalah Ustadz Sa’i. Penceramah muda
berusia 30-an tahun ini dinilai cukup berhasil menghipnotis para penonton atau
pendengar. Sebab, gaya ceramah sang ustadz menggabungkan tiga skill (kelebihan)
sekaligus: entertaint, orator, dan qiraah.
Dari sisi entertaint, pak ustadz mampu
membuat pendengar selalu tertawa sepanjang ceramah, sehingga keadaan tidak
lekas boring (membosankan). Bahkan, ceramah satu jam lebih terasa kurang bagi
pendengar dan memintanya untuk memperpanjang ceramahnya.
Dari sisi orator, gaya ceramahnya terasa
sangat luwes, tidak kaku dan mengalir begitu saja. Suara rendah dan tinggi
saling bergantian ia keluarkan. Dalil dari al-Qur’an dan hadits pun tak pernah
luput ia kutip. Bahkan, pendapat para ulama turut disertakan. Namun, tema
ceramah tetap disampaikan dengan gaya yang sederhana dan mudah dicerna.
Sedang dari sisi qiraah, kebetulan pak
ustadz adalah seorang qari, sehingga saat ia mengutip ayat al-Qur’an tak
segan-segan ia lantunkan dengan suara yang sangat indah (qira’ah). Hal ini
membuat para pendengar pun dibuat terpana dengan segala kelebihan pak ustadz.
Namun, tulisan ini tentu saja tidak sedang
membicarakan pak ustadz. Tulisan ini tetap membicarakan sosok wanita cantik di
balik kedatangan Ustadz Sa’i di acara Maulid Nabi tersebut, yaitu Wati. Ya, acara
yang diselenggarakan pada pagi hari ini akhirnya berakhir menjelang Dzuhur. Di
sinilah Wati justru dibuat bingung. Sebab, dana untuk acara tersebut membengkak
sehingga menguras habis kas pengajiannya dan tidak ada uang lagi untuk membayar
penceramah.
Di tengah rasa galau yang menghantui
dirinya sementara Pak Ustadz harus pulang dan uang itu tetap harus dibayarkan,
akhirnya tanpa bilang kepada siapa-siapa ia pun merogoh kantongnya sendiri.
Sisa uang tabungan yang hanya Rp. 500 ribu di laci lemarinya pun diambilnya dan
diberikannya kepada pak ustadz. Wati ikhlas menyedekahkan uang itu, tanpa harus
memungut bayaran dari ibu-ibu pengajian yang lain.
Acara pun usai dan jamaah meninggalkan
acara. Dengan mobilnya, ustadz muda itu pun perlahan-lahan hilang dari
pandangan. Dia kembali ke rumahnya bersama sahabat yang menemaninya.
Langsung Dibalas
Sore
harinya, suami Wati tiba-tiba mendapatkan telpon dari sahabatnya. Laki-laki itu
menawarkan proyek kepadanya senilai 12.500.000,-. Sebagai tanda jadi, besok
harinya dia akan mentransfer setengahnya. Suami Wati terkejut mendengar berita
ini. Kok tiba-tiba dia ditelpon sahabat dan dikasih proyek lagi. Nilainya tidak
besar, tapi lumayan bagi dia yang sedang membutuhkan uang saat itu. Saat itu
dia belum sadar, sesungguhnya apa yang dialaminya itu sangat terkait dengan
sedekah yang dilakukan oleh sang istri pada siang harinya.
Apa
yang dikatakan oleh sahabatnya itu akhirnya benar-benar terwujud. Besok
harinya, rekening suami Wati ada tambahan uang sebesar Rp. 5.000.000,. Hal itu
diketahuinya dari bunyi sms yang diterimanya dari sang sahabat. “Sobat, maaf
saya baru bisa transfer 5 juta dulu! Sisanya nanti kalau kerjaan selesai,”
tulis sahabat lewat sms.
Betapa
girangnya suami Wati saat itu. Tuhan kok begitu sayangnya kepada dia. Kemarin
dia tak memiliki uang, lalu sahabatnya tiba-tiba menelpon dan menawarkan
proyek. Besok harinya langsung dapat uang. Begitu cepat sekali waktu itu
berputar. Dari rasa sedih ke bahagia. Perbedaannya sangat tipis sekali.
Setelah
mendengar dari pengakuan sang suami bahwa ia mendapatkan uang dari sahabatnya,
pada malam harinya Wati pun tiba-tiba berani berterus terang perihal uang 500
ribu yang disedekahkannya. “Yah, saya mau cerita, tapi mohon jangan marah ya?”
pinta Wati pada suaminya yang duduk di sebelah.
“Emangnya
ada apa?” jawab sang suami.
Wati
pun berkisah pada suaminya bahwa kemarin ia telah menyedekahkan uang 500 ribu
kepada penceramah tanpa seizin dulu darinya. Ia harus melakukannya karena hanya
jalan itu yang bisa diambil. Dugaan Wati kalau suaminya akan marah ternyata
meleset. Laki-laki itu malah senang karena Wati memiliki jiwa sedekah yang luar
biasa. Ia mau mengorbankan tabungannya untuk orang lain. Padahal, saat itu juga
Wati sedang tidak memiliki uang. Uang yang disedekahkan itu, itulah yang
tersisa dari tabungannya.
Namun,
berbekal keikhlasan Wati dalam bersedekah itulah akhirnya Allah dengan cepat
menggantinya lewat tangan suaminya. Sebab, sedekah juga harus pakai logika.
Dalam kasus Wati dan suaminya logikanya adalah bahwa Wati tidak mungkin
mendapatkan rejeki besar dari tangannya karena dia hanyalah seorang pemimpin
pengajian biasa. Karena itu, jalan yang paling masuk akal (logis) adalah lewat
jalur suaminya. Wati yang bersedekah dan suami yang mendapatkannya. Hubungan
yang saling menguntungkan ini (simbiosis mutualisme) bisa saja terjadi atas
izin Allah.
Yang
lebih logis lagi adalah bahwa sang suami mendapatkan transfer uang sebesar 5
juta, jumlah yang berlipat-lipat dari 5 ratus ribu yang disedekahkan Wati.
Kelihatannya dua nilai itu memiliki angka yang sama, yaitu 5. Bedanya, yang
satu lima juta dan satunya lagi 5 ratus.
Dari
kisah Wati di atas nampak bahwa Allah akan membalas segala kebaikan hamba-Nya
berlipat-lipat hingga ratusan kali. Apakah Anda masih tidak percaya dengan hal
ini? Lalu, kenapa Anda masih diam dan ragu untuk tidak berbuat. Ya, segeralah
bertindak dan lakukan kebaikan, insya Allah Dia akan membalasnya dalam tempo
cepat atau lambat. “Saya sendiri saat itu tidak memikirkan apa-apa. Hanya
sedekah saja. Persoalan kemudian suami saya dapat rejeki yang besar karena
kebaikan saya, wallahu a’lam bil shawab,” ujar Wati.
Ya,
Wati yang memang senang bersedekah ini kerapkali menemukan banyak keajaiban
karena kebaikannya itu. Menurut perempuan yang pernah ngasih beberapa pakaian
kepada pemulung ini, bahwa keajaiban sedekah itu sungguh tak terbatas. Ibarat
sebuah pepatah, ia seperti kasih sayang seorang ibu yang tak pernah putus, tapi
sangat logis. Artinya, hitung-hitungan sedekah itu sangat jelas. Allah pasti
akan menggantinya dalam waktu lambat atau cepat. Dalam kasus yang dialami
suaminya, balasan Allah itu termasuk sangat cepat.
Satu
hal yang disarankan oleh Wati adalah bahwa sedekah itu boleh yakin, tapi jangan
memikirkan hasilnya. Artinya, kita boleh yakin bahwa Allah akan membalas
sedekah kita, tapi kita tidak boleh memikirkannya terus-menerus kapan Allah
akan membalasnya karena jatuhnya akan kurang baik. Nilai ibadah kita bisa
menjadi kurang. Karena itu, usai sedekah ya kita melupakannya. “Anggap saja
kita sedang menabung di bank Allah,” ujarnya. Dan bank Allah, labanya pasti
akan jauh lebih besar dibandingkan bank-bank lain di dunia ini.
Semoga
kita banyak belajar dari kisah ini! Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar