Apakah dagangan atau jualan Anda ingin lancar dan sukses? Kuncinya
sederhana, yaitu rajin sedekah. Setidaknya inilah teori yang dipakai oleh ibu
muda yang satu ini.
By Mantra
Menjadi pedagang merupakan kebiasaan Ibu
Mardiana atau lebih sering dipanggil Mama Putra sejak muda. Hingga ia menikah,
kebiasaan ini terus dilakoninya. Namun, usaha dagang sepatu bersama sang suami
ini tidak mengalami kemajuan, hingga mereka berdua kemudian berpisah karena
sesuatu hal.
Setahun kemudian (2008), di tengah modal
dagangnya yang semakin menipis dan stok barang yang habis, dia mendapatkan uang
pinjaman dari orang tuanya sebesar 2 juta (dua juta rupiah). Berbekal uang
inilah ia kemudian merintis usahanya kembali yang sempat terpuruk.
Ketika memulai usahanya secara sendiri
inilah, ia mendapatkan pesan berharga dari saudaranya bahwa jika usahanya ingin
sukses, maka harus rajin bersedekah. Rupanya, pesan saudaranya yang sebenarnya
adik kandungnya sendiri ini, langsung ia praktekkan. Dulu, jika ada pengemis
datang ke tokonya minta bantuan selalu ditolak, kini ia mulai merubahnya. Ia
selalu mengasih atau memberinya, tanpa harus kroschek dulu untuk apa uang itu
sebenarnya. “Meski saya sering dengar tidak semua pengemis itu benar, artinya
di kampung sebenarnya ia kaya dari hasil mengemis ini, tapi saya lillahi ta’ala
saja. Urusan dia kaya atau gak di kampungnya, kita serahkan saja kepada Allah.
Kita sih niatnya bersedekah aja,” ujarnya memberikan tips.
Tidak itu saja, setiap bulan pun ia
berusaha menyisihkan setiap uangnya buat pesantren. “Jumlahnya sih tidak besar,
hanya 500 ribu rupiah, tapi saya berusaha untuk selalu memenuhinya setiap
bulan,” ujarnya. Pernah suatu kali, ia lupa memberikannya, tiba-tiba ia
kehilangan 500 ribu. Besok harinya, ia pun langsung ke pesantren lagi untuk
bersedekah 500 ribu. Setelah itu, usahanya pun semakin lancar.
Tidak hanya itu, kepada pemulung pun, Mama
Putra kerapkali memberikan uang, jika kebetulan berpapasan dengannya. Bahkan,
jika menjelang puasa, ia kerapkali membagikan sembako 50 bungkus buat mereka
dan orang-orang yang senasib dengannya. Dan menjelang lebaran, setiap kali
ketemu pemulung atau pengemis, ia selalu memberikan mereka 50 ribu per orang.
Lalu, sedekah itu digenapkan dengan berkorban kambing yang ia alokasikan
sebesar 2 juta rupiah.
Berbagai keajaiban pun kerapkali ia
rasakan berkah sedekah ini. Kini, bisnisnya tidak saja satu kios, tapi sudah
tiga kios di tempat yang berbeda: Cibinong (Bogor), Cimanggis (Depok) dan
Gunung Putri (Bogor). Dari tiga usahanya ini, ia bisa mendapatkan omset sebesar
100 juta per bulan. Sebuah angka yang mungkin tidak pernah ia prediksi
sebelumnya, terutama ketika berdagang bersama sang suami yang kini telah
meninggalkannya. Usahanya pun tidak saja dalam bidang sepatu sport, baju sport,
tapi juga mulai merambah ke jaket sport dan sebagainya.
Dengan usia yang masih 35 tahun dengan
satu putra, hidupnya terbilang cukup sukses. Rumah yang cukup asri di salah
satu perumahan di Bogor ini, menjadi salah bukti bagaimana ia mereguk
kesuksesan dari usaha dagangnya ini.
Berkah sedekah ini tidak saja ia rasakan
dalam usaha dagangnya yang lancar dan sukses, tapi juga dalam bidang yang lain.
“Alhamdulillah, selama ini saya juga jarang sakit meski capek karena pergi ke
sana kemari. Bahkan, terasa aman-aman saja kalau pergi ke mana saja,” kisah
perempuan yang takut dianggap riya karena menceritakan kisahnya ini. Semua ini,
ujarnya, disebabkan karena sedekah yang sering ia praktekkan.
Sedekah juga kerapkali menjadi “pelancar”
dari segala keinginan kita. Misalnya, saat rumahnya direnovasi. Di kantong Mama
Putra sendiri, sebenarnya sedang tidak ada uang cukup untuk merenovasi
rumahnya. Namun, ia nekad memanggil tukang untuk membuat dapur, garasi, taman,
dan ruangan sebaik dan seindah mungkin. “Alhamdulillah, ketika tukang itu butuh
ini dan itu, tiba-tiba saja dagangan saya lancar hari itu,” ujar perempuan asli
Pelembang ini. Sampai renovasi itu selesai, ia pun tak memiliki hutang di luar
karena semuanya berasal dari usaha dagangnya yang lancar-lancar saja.
Terakhir adalah ketika butuh uang 40 juta
untuk belanja sepatu karena banyaknya pesanan. Sementara di kantongnya hanya
ada uang satu juta rupiah. Di tengah kondisi seperti ini, ia tidak berpikir
untuk tidak belanja. Bahkan, sedikit pun ia tidak berpikir untuk menunda
sedekahnya. Malah, ia mendatangi pesantren seperti kebiasaannya setiap bulan
dan memberikan pesantren anak-anak yatim di Cileungsi itu sebesar 500 ribu.
Spontan, uang tersisa di kantongnya pun tinggal 500 ribu, sementara ia harus
belanja sepatu sebanyak 40 juta rupiah agar pesanan orang bisa terpenuhi.
“Alhamdulillah, dalam waktu cepat modal itu bisa terkumpul dari dagangan.
Tiba-tiba saja dagangan saya lancar sehingga uang sebesar itu bisa terkumpul,”
kisahnya. Dan ia pun bisa belanja.
Tips lagi dari Mama Putra yang mungkin
bagi kita agak ribet diwujudkan adalah saat berada di Tanah Abang untuk
belanja. Di Tanah Abang banyak sekali pengemis. Setiap kali melangkah beberapa
meter, pengemis ini selalu saja berkeliaran dan minta santunan dari para
pedagang atau pembeli di sana. Bagi kita kebanyakan, hal ini dianggap risih.
Namun, keadaan seperti ini justru berbeda bagi Mama Putra. Dia malah kasih uang
(baik 1000, 2000 atau 5000) setiap kali bertemu mereka, di mana saja dan kapan
saja. Karena itu, setiap kali mau ke Tanah Abang, ia selalu mempersiapkan
banyak receh atau lembaran uang ribuan.
Di mata Mama Putra, bersedekah itu tidak
akan mengurangi hartanya. Justru, ia sebenarnya sedang menabung di bank Allah.
Karena bank Allah, maka bunganya pun tentu berlipat ganda. Dan bunga yang
berlipat ganda ini bisa saja langsung Allah berikan dalam bentuk usaha yang
lancar, kesehatan badan, keselamatan dan sebagainya. Karena itu, ia tak pernah
memikirkan apa-apa ketika berdekah: apakah uangnya berkurang? Apakah uangnya
itu disalahgunakan oleh pengemis/pemulung? Ia tak pernah mau memikirkannya.
Bersedekah, ya bersedekah aja.
Mama Putra hanya yakin pada satu hal bahwa
sedekah itu memang sangat bermanfaat dan manfaatnya pasti akan menimpa kepada
yang bersedekah itu sendiri. Dan satu hal lagi, hendaknya ketika bersedekah kita
meminta kepada orang yang disedekahkan itu untuk mendoakan kita. Dalam kasus
dirinya, ia selalu minta kepada orang yang disedekahkan itu agar usahanya
dilancarkan. Dan Allah pun mendengarkan doa dari orang-orang yang lemah.
Selain konsep sedekah, satu lagi kunci
sukses dagangnya adalah “untung kecil tapi lancar”. “Dagangan itu tidak perlu
untung besar, kalau lakunya lama. Yang penting, untungnya kecil tapi lancar,”
ceritanya. Ia pun membeberkan harga barang jualannya satu-persatu yang
kebetulan banyak di rumahnya karena baru saja belanja. “Sepatu ini saya beli
seharga 60 ribu, tapi saya jual 85 ribu. Lalu jaket ini, saya beli seharga 135
ribu, tapi saya jual 150 ribu,” lanjutnya. Dengan harga miring ditambah konsep
sedekah yang dipraktekkannya, usahanya pun semakin lancar dan terus berkembang.
Semoga kita, khususnya para pedagang, bisa meniru gaya dagangnya ini.
Demikian kisah sedekah yang dialami oleh
Mama Putra. Banyak sisi positif yang bisa kita ambil dari kisah ini. Semuanya
berpangkal pada satu hal: janganlah kita takut untuk bersedekah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar